Sumber Kesaksian: Doni Chandra
Doni Chandra adalah satu-satunya anak laki-laki dari empat orang anak pasangan Chandra Kurniawan dan Naomi. Seperti remaja pada umumnya Doni adalah anak yang cerdas dan kreatif. Namun pada suatu hari, hal aneh terjadi pada dirinya. Hari Minggu, ia membawa mobil ke daerah Dadap, disana ia makan sampai sore hari. Setelah itu Doni membawa mobil seperti biasa. Namun saat ia mengemudikan mobil dia melihat seolah-olah jalanan seperti diam dan tidak berjalan dan juga jam seperti tidak bergerak.
Malam itu setibanya di rumah, Doni merasakan sakit di kepalanya semakin berat sehingga ia tidak bisa tidur. Naomi dan Chandra lalu datang ke kamar Doni untuk menemaninya tidur. Doni masih sadar saat papa dan mamanya menemaninya tidur, setelah itu ia tidak sadar lagi. Namun jam tiga pagi, ia terbangun untuk belajar. Tanpa diduga, Doni yang sedang belajar terjatuh dan tidak sadarkan diri. Apa yang terjadi dalam diri Doni hari itu merupakan awal dari pergumulan keluarga Chandra Kurniawan.
Naomi, ibu Doni mengenang kisah pergumulan berat ini terjadi. Sekitar jam tiga atau setengah empat pagi, kami sampai di rumah sakit. Lalu dokter memberi obat, setelah saya meminumkan obat ini pada Doni, ia sudah siuman. Jam sepuluh kami kembali lagi ke RS Siloam untuk memeriksakan Doni karena pihak rumah sakit menyuruh kami menggunakan dokter psikologi karena penyakit menunjukkan gejala tertentu. Saat itu anak saya marah-marah karena dia menunggu terlalu lama karena dia melihat jam dinding yang ada seperti tidak bergerak. Dokter mengatakan bahwa anak saya harus dibawa ke rumah sakit khusus. Datang juga teman saya yang menganjurkan saya membawa Doni ke rumah sakit jiwa.
Sampai di rumah sakit jiwa dokter mengatakan perawatan Doni butuh waktu sekitar lima hari, tapi pada kenyataannya sampai seminggu anak saya bukannya tambah sembuh, tapi malah menjadi koma. Panasnya begitu tinggi sampai 39 C. Melihat hal ini, Doni saya bawa lagi ke RS Siloam, dokter ahli syaraf mengatakan pada saya bahwa Doni bukan menderita sakit jiwa. Dokter meminta pada kami agar Doni dirawat dan akan diberi valium untuk obat agar bisa tidur. Dokter mengatakan bahwa Doni kemungkinan terkena infeksi akibat virus. Virus ini telah menyebar dan dapat membuat tubuh menjadi lumpuh. Dokter bahkan merasa sedikit cemas melihat keadaannya karena kondisi Doni cepat sekali memburuk.
Malamnya kondisi Doni parah kembali, panasnya sampai 41 C. Malam itu ia mengalami amfal kembali dengan keadaan lebih parah dari malam sebelumnya, badannya membiru dan ia tidak bisa bernafas. Ia harus dibawa ke ICU dan diberi nafas buatan selama 10 hari. Ia juga tidak bisa membuang air kecil lagi karena ginjalnya sudah diserang akibat panas tinggi. Ginjal anak saya dinyatakan rusak.
Dr. Parlindungan Siregar, internis yang memeriksa berkomentar tentang Doni. Pada waktu itu diketahui bahwa fungsi ginjalnya sudah menurun dengan volume air seni yang semakin sedikit. Menurut saya, sudah terjadi keadaan yang disebut gagal ginjal akut dimana ginjalnya tidak berfungsi lagi sehingga racun-racun yang ada dalam tubuhnya sisa dari hasil metabolisme makanan semuanya tertumpuk dalam darahnya. Ini yang membuat pasien-pasien seperti ini menjadi tidak sadar, gelisah dan kacau. Setelah dirawat, ada beberapa obat yang ditemukan tidak sesuai dengan fungsi ginjalnya, obat ini dihentikan. Saya putuskan waktu itu jika dalam beberapa hari tidak ada perbaikan maka dilakukan cuci darah dengan harapan racun-racun yang ada dalam tubuhnya itu bisa berkurang sehingga keadaannya semakin membaik.
Namun ternyata cuci darah tidak membuat kondisi Doni membaik. Suster disana sudah memvonis bahwa anak saya, Doni akan meninggal. Dokter juga memanggil saya dan mengatakan bahwa keadaan Doni jelek sekali. Pada terakhir cuci darah, dokter sudah akan memasang selang permanen untuk cuci darah.
Keadaan Doni yang koma dan menurut medis sudah tidak ada harapan lagi justru menumbuhkan keyakinan yang kuat dalam diri Naomi bahwa Doni pasti sembuh. Hal itu kerena perhatian dan dukungan doa yang tidak pernah putus dari keluarga, kerabat dan hamba Tuhan yang selalu menguatkannya.
Naomi mulai memperkatakan imannya pada kuasa Tuhan. Saya bilang anak saya mulai saat ini tidak perlu cuci darah lagi karena Tuhan Yesus sudah menyembuhkannya. Paramedis mungkin juga sudah menganggap saya mulai gila. Saya tidak mau tahu!, saya percaya pada Tuhan, saya memegang iman seratus persen. Saya bilang Tuhan saya pasti punya mujizat. Rupanya semua yang saya yakini terbukti benar. Setelah cuci darah yang terakhir, dua hari kemudian mereka mencek darah anak saya dan benar saja, Doni tidak perlu cuci darah lagi. Anak saya hari itu dapat buang air kecil sampai 6000 cc dan panas badannya mulai turun.
Waktu malamnya Doni mulai mengamuk, saya berdoa baginya dan mengusir semua kuasa jahat dan roh yang mengganggu hidupnya. Waktu itu jam satu malam diapun tertidur dengan posisi tengkurab, tidurnya sangat panjang sampai tiga hari tiga malam tanpa obat tidur. Saat dia terbangun saya berdoa agar Doni jangan sampai lupa segala-galanya. Setelah dia terbangun, anak saya mengatakan bahwa dia mau mandi di kamar mandi. Setelah dia mandi dan kami pakaikan dia baju dan bedak, Doni menanyakan pada saya tentang dompetnya dan mengingatkan bahwa ayahnya mempunyai hutang padanya sebesar 99000 rupiah padanya. Mendengar semua itu hati saya bersorak, ternyata Tuhan mendengar doa saya. Doni kembali menanyakan ATM-nya, saat saya menanyakan nomornya, dia ternyata juga tetap mengingatnya. Haleluya, ingatan anak saya kembali!
Dr. Girianto Tjandrawidjaja, dokter syaraf yang menanganinya mengatakan bahwa setelah Doni berhasil melewati masa-masa sulitnya, keadaan Doni boleh dibilang tidak memiliki cacat. Itu merupakan hal yang luar biasa. Sedangkan Dr. Parlindungan Siregar sebagai dokter internist yang menangani Doni mengatakan bahwa hanya Tuhan yang dapat menyembuhkan Doni dari keadaan sakitnya yang parah.
Doni sendiri terheran-heran dengan perbuatan Tuhan. Tuhan telah menyatakan kasihNya kepada saya. Setelah saya dijamah Tuhan, saya tidak merasakan sakit apapun, saya tidak lupa apa-apa, langsung ingat nama keluarga, nama teman-teman, nama papa mama.
Naomi merasakan sukacita mendalam atas pengalaman dalam keluarganya. Akhirnya dokter mengijinkan anak saya pulang. Tuhan itu dahsyat, melalui ujian yang berat malahan anak saya kembali sembuh. Saya merasakan sukacita, walaupun ujian ini sungguh berat namun Tuhan itu luar biasa atas hidup keluarga saya.
Firman-Nya: "Sungguh, Aku mengadakan suatu perjanjian. Di depan seluruh bangsamu ini akan Kulakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib, seperti yang belum pernah dijadikan di seluruh bumi di antara segala bangsa; seluruh bangsa, yang di tengah-tengahnya engkau diam, akan melihat perbuatan TUHAN, sebab apa yang akan Kulakukan dengan engkau, sungguh-sungguh dahsyat. (Keluaran 34:10)